Teknik Grading Untuk Mengatasi Kanibalisme pada Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok

Sukses Ternak

TEKNIK GRADING PADA BUDIDAYA LELE BIOFLOK

Ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan yang memiliki permintaan pasar yang tinggi. Namun, budidaya ikan lele dengan intensifikasi dapat menimbulkan masalah limbah dan kanibalisme. Untuk mengatasi hal ini, salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah sistem bioflok. Sistem bioflok adalah sistem budidaya yang memanfaatkan bakteri heterotrof untuk mengubah limbah nitrogen menjadi pakan tambahan bagi ikan. Selain itu, sistem bioflok juga dapat mengurangi biaya pakan hingga 10-20% dari total biaya produksi3.

Namun, sistem bioflok saja belum cukup untuk mengoptimalkan budidaya ikan lele. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performa budidaya ikan lele adalah ketidakseragaman ukuran ikan. Ketidakseragaman ukuran ikan dapat menyebabkan persaingan dan kompetisi terhadap pakan, serta kanibalisme antara ikan yang berukuran besar dan kecil. Kanibalisme dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup (SR) dan laju pertumbuhan harian (ADG) ikan, serta meningkatkan rasio konversi pakan (FCR).

Untuk mengatasi masalah ini, salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah grading. Grading adalah kegiatan pemisahan dan pemilahan ukuran ikan berdasarkan diameter lubang baskom. Grading bertujuan untuk menyeragamkan ukuran ikan, mengurangi kanibalisme, dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Grading dapat dilakukan secara berkala, misalnya setiap 2 minggu sekali, mulai dari hari ke-35 masa pemeliharaan hingga panen.

Salah satu penelitian yang membahas tentang teknik grading pada budidaya ikan lele sistem bioflok adalah penelitian yang dilakukan oleh Novira Nanda Tasyah dkk. (2020). Penelitian ini menggunakan desain kausal dengan metode ex post-facto. Penelitian ini dilakukan di kolam bioflok milik Pesantren Al Masturiyah Sukabumi, Jawa Barat, selama satu siklus budidaya lele bioflok pada bulan Februari-Mei 2019. Penelitian ini menggunakan empat kolam bulat HDPE yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kolam intervensi dan kolam non-intervensi. Kolam intervensi adalah kolam yang diterapkan grading, sedangkan kolam non-intervensi adalah kolam yang tidak diterapkan grading.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik grading dapat mengurangi kanibalisme dan meningkatkan performa budidaya ikan lele sistem bioflok. Berikut adalah beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini:

  • Total panen pada kolam non-intervensi sebanyak 1079 kg, dengan berat rata-rata ikan (ABW) 104,4 gr/ekor, laju pertumbuhan harian (ADG) 1,4 gr/ekor/hari, rasio konversi pakan (FCR) 1,2, dan tingkat kelangsungan hidup (SR) 66,0%.
  • Total panen pada kolam intervensi sebanyak 1055,1 kg, dengan ABW 82,4 gr/ekor, ADG 0,9 gr/ekor/hari, FCR 0,8, dan SR 88,3%.
  • Persentase ikan yang berukuran oversized (lebih dari 100 gr/ekor) pada kolam non-intervensi sebesar 28,9%, sedangkan pada kolam intervensi sebesar 5,3%. Ikan yang berukuran oversized dapat menyebabkan kerugian karena harga jualnya lebih rendah dan membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama. Dengan teknik grading, kerugian ini dapat ditekan dari Rp 1.036.600 menjadi hanya Rp 78.000.
  • Teknik grading juga dapat menghasilkan ikan yang berukuran sangkal (50-65 gr/ekor), yang dapat dijual dengan harga Rp 15.000/kg kepada pembudidaya ikan lele untuk dibesarkan hingga ukuran konsumsi.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa teknik grading dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kanibalisme pada budidaya ikan lele sistem bioflok. Teknik grading dapat mengurangi ketidakseragaman ukuran ikan, mengurangi kompetisi dan persaingan terhadap pakan, serta meningkatkan SR dan FCR ikan. Teknik grading juga dapat mengoptimalkan ukuran panen ikan, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas usaha budidaya ikan lele sistem bioflok.

Bagikan:

Tags